BEDAH KISI-KISI SKL UN BAHASA INDONESIA SMK 2017
MEMBACA
NONSASTRA
A. Memaknai
Kata/Istilah
Kesalahan
penggunaan kata-kata atau istilah akan menimbulkan penafsiran yang berbeda.
Kata-kata atau istilah yang digunakan dapat berupa kata baku, kata bersinonim,
kata berantonim, kata bermakna konotasi, dan kata yang mengalami perubahan
makna.
Istilah
berhubungan dengan pengungkapan makna konsep, proses, keadaan, atau sufat di
bidang tertentu. Makna kata atau istilah yang sering muncul dalam soal UN adalah
makna leksikal. Makna leksikal adalah makna yang sesuai dengan kamus bahasa
Indonesia.
B. Menemukan
gagasan utama/gagasan pokok/ide pokok.
Gagasan
pokok/ide pokok merupakan gagasan yang menjiwai paragraf. Gagasan pokok dapat
mudah ditemukan dengan menjawab pertanyaan "Paragraf tersebut membahas
mengenai apa?", jawaban pertanyaan tersebut merupakan gagasan pokok.
Gagasan utama
atau ide pokok paragraf adalah ringkasan dari kalimat utama. Gagasan
utama bersifat luas/umum dan masih membutuhkan penjelasan.
Langkah-langkah mencari gagasan utama adalah:
a. Fokuskan perhatian kita pada
kalimat nomor 1 dan 5.
b. Bandingkan
kalimat 1 dan 5 untuk menentukan Kalimat utamanya (nomor 1 atau nomor 5).
c. Setelah
kalimat utamanya ditemukan, maka cari kata-kata kunci dari kalimat tersebut,
sehingga ide pokok paragrafnya ditemukan.
Jenis penalaran paragraf
· Paragraf
Deduktif adalah paragraf yang gagasan utamanya terletak di awal paragraf.
Pargraf seperti
ini diawali dengan penyajian hal yg umum disertai,dijelaskan dan diakhiri oleh
hal atau sikap yang berlaku khusus. Berbentuk piramida terbalik.
· Paragraf
Induktif adalah paragraf yang gagasan utamanya terletak di akhir paragraf.
Paragraf seperti
ini diawali dengan hal yg bersifat khusus berupa penjelasan-penjelasan spesifik
atau pemberian contoh-contoh dan diakhiri dengan kesimpulan umum yang merupakan
inti wacana (gagasan utama). Berbentuk piramida.
Paragraf Induktif terdiri atas:
a. Paragraf
generalisasi: diawali dengan penjelasan2 khusus dan diakhiri dengan kesimpulan
umum
b. Paragraf sebab akibat: ada hubungan
sebab akibat atau akibat sebab.
c. Paragraf
analogi: diawali dengan penjelasan2 yang membandingkan suatu hal
atau objek dan
diakhiri dengan kesimpulan umum.
Kalimat penjelas adalah pernyataan khusus, perincian
atau bagian-bagian yang menunjang / menjelaskan kalimat utama. Sebagai
tambahan, berikut ciri-ciri dari kalimat penjelas:
a. Uraian-uraian
kecil
b. Contoh-contoh
c. Peristiwa
ilustrasi
d. Kutipan-kutipan
C. Menyimpulkan
Isi tersirat Teks Nonsastra
Simpulan adalah
suatu pernyataan yang dibuat berdasarkan ide pokok dan kata kunci dari kalimat
penjelas dengan kalimat sendiri. Intinya, simpulan kata-katanya tidak harus
sama persis dengan wacana.
Misalnya
paragraf diibaratkan terdiri dari lima kalimat. Untuk menemukan simpulan
dan isi paragraf tersebut, perhatikan langkah-langkah berikut ini:
1. Fokuskan perhatian kita pada kalimat terakhir
(no.5), jika kalimat terakhir tersebut encakup keseluruhan ide pada
paragraf tersebut, maka kalimat terakhir tersebut merupakan Simpulan dari paragraf tersebut.
2. Jika, pada kalimat terakhir tidak mencerminkan ide
yang mencakup seluruh gagasan dari paragraf tersebut, maka pengambilan
kesimpulan dilakukan dengan menggunakan kata-kata kunci yang tersebar pada
seluruh paragraf tersebut. Simpulan juga dapat diketahui dengan menggunakan pertanyaan, Apa yang dibicarakan di dalam
paragraf tersebut.
Contoh:
Berbagai macam industri menggunakan minyak bumi
sebagai bahan bakar untuk menggerakan mesin-mesin pabrik. Alat-alat
transportasi, baik darat, laut maupun udara juga menggunakan minyak bumi
sebagai bahan bakarnya. Sumber energi lain, seperti gas bumi, batubara memang
merupakan sumber energi yang penting pula. Namun,baik dilihat dari segi nilai
ekonomis maupun praktis, minyak bumi masih merupakan sumber energi utama di
samping gas bumi maupun batu bara. Sampai sekarang, minyak bumi masih merupakan
energi yang utama.
Kalimat simpulan paragraf tersebut adalah ….
A. satu
D.empat
B. dua
E. lima
C. tiga
Pembahasan:
Fokus pertama adalah pada kalimat nomor 5: Sampai
sekarang, minyak bumi masih merupakan energi yang utama. Kalimat ini merupakan
simpulan paragraf di atas karena seluruh kalimat membicarakan tentang minyak
bumi sebagai bahan bakar energi. sementara di kalimat terakhir tampak jelas
bahwa minyak bumi sebagai bahan energi utama.
Jadi, Jawabannya:
E. 5
D. Menemukan inti kalimat.
Cara menemuka inti kalimat adalah dengan cara membaca
teks secara global
(skimming).
E. Mengomentari pendapat yang terdapat pada teks
Komentar atau tanggapan adalah sambutan terhadap
peristiwa, masalah, ucapan,
pendapat, atau gagasan yang dapat berupa pernyataan
setuju, tidak setuju, suka, tidak suka, atau menambahkan pendapat.
a. Menentukan tanggapan logis dan tanggapan yang sesuai dengan isi paragraf.
Tanggapan logis: tanggapan yang masuk akal dan dapat
diterima nalar.
Tanggapan positif: tanggapan yang bersifat optimis,
santun, dan tidak mencela.
Tanggapan negatif: bersifat pesimis dan cenderung
kurang santun.
b. Menentukan
kalimat yang berbentuk opini/fakta dalam paragraf.
Fakta:
sesuatu (keadaan atau peristiwa) yang merupakan kenyataan.
Kunci: logis (masuk akal), objektif (apa adanya),
faktual (berdasarkan
kenyataan/kebenaran)
Opini:
pendapat, pemikiran, asumsi (perkiraan/ramalan), ditandai dengan
penggunaan
kata-kata yang bersifat subjektif, seperti sebaiknya, mungkin, barangkali, menurut pendapat saya, baik, buruk, mudah, sukar, jahat, indah, dsb.
F. Menunjukkan Bukti dari Simpulan
Cara menunjukkan bukti dari sebuah simpulan adalah
dengan membaca simpulan lalu c ermati teks hingga menunjukkan bukti yang sesuai.
MEMBACA SASTRA
A. Menentukan
Kata yang Bermakna Simbolik/Majas/ Kias dalam Karya Sastra
Majas atau gaya bahasa adalah cara pengarang atau
seseorang dalam mempergunakan bahasa sehingga menimbulkan efek tertentu. Da
beberapa majas yang sering muncul
dalam soal UN SMK, walaupun tidak tertutup kemungkinan majas lainnya bisa saja
muncul. Majas yang sering muncul dalam soal UN antara lain: personifikasi, hiperbola,
anafora, epifora, paralelisme. Pleonasme, metonimia, perumpamaan, paradoks,
sinekdokhe (par prototo dan totem proparte), majas sindiran, repetisi, tautologi, antitesis,
klimaks, antiklimaks, litotes, metafora.
dalam soal UN SMK, walaupun tidak tertutup kemungkinan majas lainnya bisa saja
muncul. Majas yang sering muncul dalam soal UN antara lain: personifikasi, hiperbola,
anafora, epifora, paralelisme. Pleonasme, metonimia, perumpamaan, paradoks,
sinekdokhe (par prototo dan totem proparte), majas sindiran, repetisi, tautologi, antitesis,
klimaks, antiklimaks, litotes, metafora.
Berikut penjelasan tentang beberapa majas:
1. Perumpamaan/ Simile
Majas perumpamaan/simile adalah majas yang
mengungkapkan hal yang berbeda
seolah-olah dianggap sama. Majas ini menyamakan satu hal dengan mempergunakan
kata-kata pembanding: seperti, bagai, sebagai, bak, semisal, dan seumpama.
seolah-olah dianggap sama. Majas ini menyamakan satu hal dengan mempergunakan
kata-kata pembanding: seperti, bagai, sebagai, bak, semisal, dan seumpama.
Contoh :
Mereka selalu bertengkar bagai anjing
dengan kucing.
2. Metafora.
Metafora seperti majas perbandingan, hanya tidak mempergunakan
kata-kata
pembanding.
pembanding.
Contoh:
- Raja siang mengiringi pengajian itu.
- Aku ini binatang jalang
3. Alegori
Alegori adalah majas perbandingan yang memperlihatkan
suatu perbandingan utuh,
perbandingan itu membentuk kesatuan yang menyeluruh (cerita kiasan). Kata-kata
dalam alegori biasanya mengandung pelajaran.
perbandingan itu membentuk kesatuan yang menyeluruh (cerita kiasan). Kata-kata
dalam alegori biasanya mengandung pelajaran.
Contoh:
- Berhati-hatilah kamu mendayung bahtera hidupmu,
mengarungi lautan penuh bahaya, batu karang, gelombang dan badai
4. Personifikasi
Majas yang menyamakan benda dengan manusia,
benda-benda mati dibuat dapat
berperilaku, berpikir, dan sebagainya seperti manusia.
berperilaku, berpikir, dan sebagainya seperti manusia.
Contoh :
- Angin berbisik-bisik di
kegelapan malam.
5. Metonimia
Majas perbandingan yang menggunakan merek dagang atau
nama barang untuk
melukiskan sesuatu yang dipergunakan atau dikerjakan sehingga kata itu berasosiasi dengan benda keseluruhan. Metonimia disebut juga kiasan pengganti nama.
Contoh :
melukiskan sesuatu yang dipergunakan atau dikerjakan sehingga kata itu berasosiasi dengan benda keseluruhan. Metonimia disebut juga kiasan pengganti nama.
Contoh :
- Kakak sedang menghisap Sampoerna
6. Sinekdok
Majas yang menyebutkan suatu bagian yang penting suatu
benda (hal) untuk benda
atau hal itu sendiri. Majas sinekdok ada 2, yaitu:
atau hal itu sendiri. Majas sinekdok ada 2, yaitu:
a. Pars Proto
(sebagian objek untuk menunjukkan keseluruhan)
- Sudah
lama tidak kelihatan batang hidungnya.
b. Totem Proto
(keseluruhan untuk menunjukkan sebagian)
- Dalam
kesebelasan itu Indonesia unggul 3 – 0 melawan Thailand.
7. Eufemisme
(ungkapan pelembut).
Majas perbandingan yang melukiskan suatu dengan
kata-kata yang lebih lembut
(terkadang menggunakan ameliorasi) untuk menggantikan kata-kata yang dirasa kasar
sehingga tidak menyinggung orang lain.
(terkadang menggunakan ameliorasi) untuk menggantikan kata-kata yang dirasa kasar
sehingga tidak menyinggung orang lain.
-
Orang itu kini telah berubah akal (gila)
-
Pramuniaga melayani pelanggannya (penjaga toko)
8. Hiperbola
Majas yang mengungkapkan suatu hal berlebihan dari
kenyataan.
- tangisnya membanjiri bumi.
9. Litotes
Majas yang mengungkapkan sesuatu lebih rendah dengan
kenyataan yang sebenarnya guna merendahkan diri.
- Singgahlah ke gubuk kami.
10. Ironi
Majas sindiran yang melukiskan sesuatu yang menyatakan
sebaliknya dari apa yang
sebenarnya dengan maksud untuk menyindir orang (sindiran halus)
sebenarnya dengan maksud untuk menyindir orang (sindiran halus)
- Kota itu sangatlah indah dengan
sampah-sampahnya
11. Pleonasme
Majas penegasan yang menggunakan sepatah kata yang
sebenarnya tidak perlu dikatakan lagi karena arti kata tersebut sudah
terkandung dalam kata yang
diterangkan/menggunakan kata yang boros untuk menegaskan sesuatu.
diterangkan/menggunakan kata yang boros untuk menegaskan sesuatu.
Contoh:
- Peristiwa itu ku saksikan dengan mata dan kepalaku sendiri
- mereka masuk
ke dalam kelas.
12. Repetisi
Majas penegasan yang melukiskan sesuatu dengan
mengulang kata atau beberapa kata berkali-kali, yang biasanya dipergunakan
dalam pidato.
Contoh: Pengangguran itu setiap hari hanya mabuk, mabuk dan mabuk.
13. Paralelisme
Majas penegasan seperti reptisi, tetapi dipakai dalam
puisi.
Paralelisme dibagi dalam dua jenis:
a. Anafora :
bila frasa atau kata yang diulang terletak di awal kalimat
Aku manusia
Rindu rasa
Rindu rupa
b. Epifora : bila
kata atau frasa yang diulang terletak di akhir kalimat
Kalau kau mau, aku akan datang
Jika kau hendaki, aku akan datang
Bila kau minta, aku akan datang
14. Tautologi
Majas penegasan yang melukiskan sesuatu dengan
menggunakan yang sama artinya (bersinonim) untuk mempertegas arti.
Contoh: Kehendak
dan keinginannya akan tercapai jika dia lebih giat lagi berusaha.
15. Klimaks
Majas yang menyatakan beberapa hal
berturut-turut dengan menggunakan uturutan
kata-kata yang makin lama makin memuncak pengertiannya.
kata-kata yang makin lama makin memuncak pengertiannya.
Contoh: Mulai dari anak-anak, remaja, hingga orang tua
ikut senam pagi.
16. Anti klimaks
Majas yang menyatakan beberapa hal berturut-turut
dengan menggunakan uturan kata-
kata yang makin lama makin melemah pengertiannya.
kata yang makin lama makin melemah pengertiannya.
Contoh: Toko itu menyediakan kebutuhan orang tua,
remaja, anak-anak, dan balita.
17. Retorik
Majas mempergunakan kalimat Tanya yang
sebenarnya tidak memerlukan jawaban
karena sudah diketahuinya.
karena sudah diketahuinya.
Contoh: Inikah yang dinamakan cinta?
18. Antitesis
Majas yang melukiskan sesuatu dengan
mempergunakan kepaduan kata yang
berlawanan arti (antonim).
berlawanan arti (antonim).
Contoh: Kaya miskin, tua muda, besar kecil, semua
adalah mahluk Tuhan
19. Paradoks
Majas pertentangan yang melukiskan sesuatu seolah-olah
bertentangan, padahal maksud sesungguhnya tidak karena objeknya berlainan.
Contoh: di dalam keramaian aku masih merasa sepi.
B. Mengidentifikasi
Unsur Karya Sastra dan Memaknai Isi Tersurat dalam Karya Sastra
Isi tersurat dari karya sastra dapat dilihat dari
unsur-unsur intrinsiknya. Unsur intrinsik cerpen dan novel adalah sebagai
berikut
1. Unsur Cerpen/Novel
a. Unsur
Intrinsik
Unsur instrinsik merupakan unsur yang membangun
cerita dari dalam. Unsur instrinsik cerpen dan novel sebagai berikut.
1) Tema :
pokok pikiran pengarang atau inti sari cerita.
2) Amanat : pesan
yang disampaikan pengarang
3) Alur :
rangkaian peristiwa yang membentuk cerita dasar hubungan sebab
akibat.
akibat.
Tahapan alur
meliputi:
a) Tahap pengenalan
situasi
Pada tahap ini dibicarakan hal-hal sebagai berikut :
· tempat
kejadian cerita
· waktu
terjadinya cerita
· tokokh-tokoh
yang ditampilkan dan hubungan antar tokoh tersebut
b) Tahapan konflik
(pertikaian)
Tahapan ini diperlihatkan adanya
pertikaian-pertikaian, baik pertikaian yang terjadi dalam diri tokoh, maupun
pertikaian tokoh utama dengan tokoh yang lain.
c) Klimaks
Pada tahapan ini pertikaian yang terjadi dalam cerita
mulai meruncingdan memuncak.
d) Tahap Peleraian
(antiklimaks)
Tahap ini pertikaian mulai diturunkan dengan adanya
solusi/pemecahan masalah yang timbul. Suspen dibuat menurun sehingga ketegangan
mulai mereda.
e) Tahap
Penyelesaian
Tahap ini pengarang memperlihatkan tokoh utama utama
tersebut bertindak untuk menyelesaikan pertikaian yang dihadapinya.
Penyelesaian ini dapat berakhir menyenangkan (happy ending) atau menyedihkan.
4) Perwatakan/penokohan
: cara pengarang menggambarkan watak tokoh
5) Latar
Latar adalah seluruh keterangan mengenai tempat,
waktu, dan suasana sebagai lokasi dan situasi yang melingkungi tokoh-tokoh dalm
cerita
6) Gaya bahasa :corak
bahasa yang digunakan
7) Sudut pandang :
cara pandang pengarang dalam membawakan cerita
8) Konflik :
masalah ynag terdapat dalam cerita
Konflik berkaitan erat dengan peristiwa. Konflik
merupakan kejadian untuk pengembangan plot. Konflik ditentukan oleh
kehadiran masalah dalam cerita. Masalah tersebut membuat cerita menjadi hidup.
b. Unsur
ekstrinsik cerpen/novel.
Unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur yang berada di
luar karya sastra, tetapi secara tidak langsung memengaruhi bangunan atau
sistem organisme karya sastra. Unsur ekstrinsik berperan sebagai unsur yang
memengaruhi bagun sebuah cerita. Sebagaimana halnya unsur intrinsik, unsur
ekstrinsik pun terdiri atas beberapa unsur.
1) Keadaan
subjektivitas individu pengarang misalnya: keyakinan, dan pandangan
hidup
2) Keadaan
psikologis, pengarang, pembaca, atau penerapan prinsip psikologis dalam
karya.
3) Keadaan
lingkungan pengarang, seperti ekonomi, sosial, dan politik.
4) Pandangan hidup
suatu bangsa, berbagai karya seni, agama, dan sebagainya.
2. Unsur Drama
Drama merupakan jenis atau genre karya sastra
yang berbentuk percakapan. Unsur drama sebagai berikut.
a. Tema yaitu
inti cerita
b. Amanat
yaitu pesan yang ada dalam drama
c. Alur yaitu
rangkaian peristiwa dalam drama
d. Perwatakan yaitu
watak tiap-tiap tokoh
e. Konflik
merupakan masalah dalam drama
f. Percakapan
yiatu dialog para pemain
g. Tata
artistik yaitu setting panggung
h. Casting
yiatu pemilihan pemeran yang tepat
i. Acting yaitu perilaku para
pemain di panggung
MENULIS TERBATAS
A. Mengisi
Teks Rumpang dengan Istilah yang Tepat Sesuai Konteks
Suatu ilustrasi/bacaan biasanya disampaikan mellalui
kat-kata atau istilah dengan makna yang lugas. Akan tetapi, ilustrasi juga
dapat disampaikan dengan kata-kata yang bermakna kias, misalnya dengan
menggunakan ungkapan (idiom) atau peribahasa.
Ungkapan (idiom) adalah kata atau gabungan kata dengan
makna khusus dan tidak dapat diterjemahkan secara harfiah ke dalam bahasa atau
situasi lain.
Contoh: Ia telah pergi untuk selama-lamanya
Kata “pergi” merupakan ungkapan yang berarti
“meninggal”
Peribahasa adalah kelompok kata atau kalimat yang
tetap susunannya, biasanya mengiaskan sesuatu dan berisi pelajaran hidup.
B. Melengkapi
Unsur Teks Eksposisi
Karangan Eksposisi adalah bentuk karangan yang
memaparkan, memberi keterangan, menjelaskan, memberi informasi
sejelas-jelasnya mengenai suatu hal.
Ciri-ciri/karakteristik karangan Eksposisi
· Menjelaskan informasi agar
pembaca mengetahuinya
· Menyatakan sesuatu yang
benar-benar terjadi (data faktual)
· Tidak terdapat unsur
mempengaruhi atau memaksakan kehendak
· Menunjukkan analisis atau
penafsiran secara objektif terhadap fakta yang ada
· Menunjukkan sebuah peristiwa
yang terjadi atau tentang proses kerja sesuatu
C. Melengkapi
Unsur Teks Deskripsi
Karangan Deskripsi ialah karangan yang menggambarkan
atau melukiskan sesuatu seakan-akan pembaca melihat, mendengar, merasakan,
mengalaminya sendiri.
Ciri-ciri / karakteristik karangan deskripsi
· Melukiskan
atau menggambarkan suatu objek tertentu
· Bertujuan
untuk menciptakan kesan atau pengalaman pada diri pembaca agar seolah-olah
mereka melihat, merasakan, mengalami atau mendengar, sendiri suatu objek
yang dideskripsikan
· Sifat
penulisannya objektif karena selalu mengambil objek tertentu, yang dapat
berupa tempat, manusia, dan hal yang dipersonifikasikan
· Penulisannya
dapat menggunakan cara atau metode realistis (objektif), impresionistis
(subjektif), atau sikap penulis
D. Melengkapi
Unsur Teks Narasi dan Mengurutkan peristiwa dalam cerita
Karangan narasi ialah karangan yang menyajikan
serangkaian peristiwa yang biasanya disusun menurut urutan
waktu. Yang termasuk narasi ialah cerpen, novel, roman, kisah perjalanan,
biografi, otobiografi.
Ciri-ciri/karakteristik karangan Narasi
· Menyajikan
serangkaian berita atau peristiwa
· Disajikan
dalam urutan waktu serta kejadian yang menunjukkan peristiwa awal sampai akhir
· Menampilkan pelaku
peristiwa atau kejadian
E. Melengkapi unsur karya sastra lama (pantun)
Pantun adalah bentuk puisi lam yang terdiri dari empat
larik dengan rima ab-ab
Ciri-ciri pantun adalah sebagai berikut:
1. Tiap baris
terdiri dari emapt baris
2. Tiap baris
terdiri 8-10 suku kata atau 4 hingga 5 kata
3. Bersajak
ab-ab
4. Baris
pertama dan kedua merupakan sampiran
5. Baris
ketiga dan keempat merupakan isi
F. Melengkapi Unsur Ulasan
(Cerpen, Novel Atau Film)
Teks ulasan film atau resensi film adalah karangan
yang berisi ulasan, pertimbangan, atau pembicaraan suatu karya (mis: film).
Teks ulasan terkadang disajikan tidak lengkap atau rumpang. Untuk
melengkapinya, Anda harus memahami isi teks. Kalimat yang tepat untuk mengisi
teks yang rumpang adalah kalimat yang berkaitan dengan kalimat sebelum dan
sesydahnya. Caranya, Anda harus menemukan kata/kalimat kunci yang bisa
dijadikan jembatan untuk menghubungkan maksud cerita.
G. Melengkapi
Unsur Teks Prosedur (Langkah) dan Mengurutkan Langkah-langkah pada Teks
Prosedur
Teks prosedur adalah jenis teks yang menjelaskan
sebuah proses/langkah-langkah dalam membuat atau mengoperasikan sesuatu.
Biasanya untuk indikator ini, pertanyaan yang akan muncul pada soal UN adalah
“pernyataan yang sesuai atau pernyataan yang tidak sesuai dengan teks prosedur”
atau “menyusun teks prosedur”. Jadi dalam menjawab soal seperti ini
hati-hatilah dengan kata “sebelum” dan “sesudah”.
Struktur teks prosedur terdiri atas tujuan dan
langkah-langkah. Tujuan adalah hasil akhir yang akan dicapai. Sedangkan
langkah-langkah adalah cara-cara yang ditempuh agar tujuan tercapai.
· Sebuah
paragraf terkadang disajikan rumpang atau tidak lengkap. Sebuah paragraf
rumpang dapat dilengkapi dengan kata, frasa, atau kalimat. Kata, frasa, atau
kalimat yang digunakan untuk melengkapi paragraf rumpang harus sesuai dengan
isi paragraf.
H. Memvariasikan
Kata dan Kalimat yang Bermakna Sama
Beberapa jenis kata memiliki variasi kata yang
bermakna sama, yaitu:
1. Sinonim
Sinonim adalah beberapa kata yang memiliki bentuk
berbeda tetapi memiliki arti yang sama atau mirip. Sinonim disebut juga
persamaan kata.
2. Konotasi
Konotasi adalah kata-kata yang menimbulkan nilai rasa
(halus atau kasar) pada seseorang atau makna yang bukan sebenarnya.
Contoh:
Makna denotasi (sebenarnya)
|
Makna Konotasi (makna tambahan)
|
Mati
|
Meninggal, gugur, mampus
|
Kelompok
|
Komplotan, gerombolan
|
Bekas
|
Mantan, eks
|
Konotasi ada dua, yaitu:
a. Ameliorasi,
yaitu kata-kata berkonotasi halus, baik, tinggi, dan positif.
b. Peyorasi, yaitu
kata-kata berkonotasi kasar, buruk, rendah, dan negatif.
Contoh:
Ameliorasi
|
Peyorasi
|
Istri
|
bini
|
Tunanetra
|
buta
|
Tunawisma
|
gelandangan
|
I. Menyusun Paragraf dari Beberapa Data
Pada soal UN akan disajikan beberapa data seperti
gagasan utama dan gagasan-gagasan penjeles. Anda harus mampu menyusunnya menjadi
paragraf yang padu. Agar paragraf padu, digunakan kata hubung atau konjungsi
yang tepat. Berikut ini merupakan jenis-jenis kata hubung (konjungsi)
1. Konjungsi
koordinatif
Contoh: dan, serta, tetapi, sedangkan, melainkan, atau
2. Konjungsi
korelatif
Contoh:
a. baik…
maupun…
b. tidak…tetapi…
c. bukan…..melainkan…
d. sedemikian….sehingga…..
e. entah….entah…
f. jangankan….pun
3. Konjungsi
subordinatif
a. konjungsi
waktu
ketika, sejak, sambil, selagi, sesudah, sebelum
b. konjungsi urutan
waktu
lalu, selanjutnya, kemudian, setelah itu
c. konjungsi
syarat
jika, kalau, jikalau, apabila, asal, bila, manakala
d. konjungsi tujuan
agar supaya, biar
e. konjungsi
pengandaian
andai, andaikata, seandainya, umpamanya
f. konjungsi
perlawanan
biarpun, walaupun, meskipun
g. konjungsi
pembandingan
seperti, seolah-olah, seakan-akan
h. konjungsi sebab
sebab, oleh karena itu, oleh sebab itu, karena
i. konjungsi
akibat/hasil
sehingga, akibatnya, maka, sehingga, sampai
j. konjungsi
atributif/perluasan
yang
k. konjungsi
perbandingan
sama…. dengan…., lebih….daripada…
l. konjungsi
komplemetif
bahwa
4. konjungsi
antarkalimat
contoh: oleh karena itu, walaupun demikian, akan
tetapi, lagi pula, kecuali itu, selain itu, disamping itu, bahwasanya
J. Menyusun Simpulan dari Beberapa Data
1. Pernyataan umum
Berisi penjelasan umum tentang hal yang akan dibahas.
2. Deretan
penjelas
Berisi penjelasan tentang sesuatu atau data-data yang
berkaitan dengan teks
3. Interpretasi
Pengambilan kesimpulan dari pernyataan umum dan
deretan penjelas. Pada teks anekdot, interpretasinya berupa pelajaran yang
diperoleh dari cerita (koda)
MENYUNTING KATA,
KALIMAT, DAN PARAGRAF
A. Mengidentifikasi
Kesalahan Penggunaan Kata
Dalam menulis sebuah kalimat, paragraf atau bacaan,
seseorang harus pandai dalam pemilihan kata atau diksi yang tepat. Pemilihan
kata yang tepat akan membuat kalimat, paragraf, atau bacaan tersebut jelas dan
maksudnya dapat dimengerti orang lain. Diksi atau pilihan kata yang
digunakan seseorang harus dapat menyampaikan maksud orang tersebut. Selain itu
menggunakan diksi yang sesuai, kalimat, paragraf, atau bacaan dapat
menggunakan ungkapan. Jika terdapat kesalahan penggunaan kata harus dilakukan
penyuntingan
Dalam menyunting kata dalam paragraf, sebaiknya
berpedoman pada KBBI, EyD, dan Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Kata yang
disunting dalam paragraf berupa kata tidak baku.
Contoh: resiko, disunting menjadi risiko
B. Mengidentifikasi
kesalahan penggunaan konjungsi
Konjungsi yang dianggap tidak tepat dan harus
disunting sebaiknya berpedoman pada kaidah yang berlaku. Penyuntingan konjungsi
memperhatikan makna dan maksud kalimat.
C. Mengidentifikasi
kesalahan penggunaan kalimat dan memperbaiki kesalahan penggunaan kalimat
(kalimat rancu, ambigu, pemborosan, tidak logis, tidak lengkap)
Kalimat dianggap tidak tepat dan harus diperbaiki jika
tidak efektif. Beberapa sebab terjadinya kalimat tidak efektif adalah sebagai
berikut:
a. Makna
tidak logis: ia adalah pemenang terbaik ketiga, saya saling bersalaman
b. Bentuk kata
tidak sejajar: kata yang sejajar biasanya menggunakan imbuhan yg sama
c. Menggunakan
subjek ganda: majalah itu saya sudah baca
d. Bentuk jamak
yang diulang atau berlebihan (pemborosan): para majelis guru-guru
e. Penggunaan kata
depan dan kata tugas yang tidak perlu
f. Salah
nalar: yang punya HP mohon harap dimatikan
g. Pengaruh
bahasa daerah atau bahasa asing.
h. Kerancuan:
nilainya sangat baik sekali
D. Mengartikan
Kata
Dalam mengartikan kata dibutuhkan pengetahuan yang
luas. Untuk itu Anda harus sering membaca. Selain itu, latihlah penalaran agar
mudah dalam mengartikan kata
E. Menggunakan istilah dalam kalimat
Pada indikator ini biasanya disajikan paragraf
rumpang. Anda diperintahkan mengisi paragraf atau kalimat yang rumpang dengan
istilah yang tepat.
F. Menggunakan kata bentukan (mengisi sesuai kaidah bentukan kata)
1. Penggunaan verba material, relasional, dan mental
a. Verba
material adalah verba yang menunjukkan fisik atau peristiwa.
Contoh: Ayah menelan obat penyakit demam.
b. Verba relasional
adalah verba yang menunjukkan hubungan intensitas.
Contoh: Para pengedar narkoba mempunyai pangsa pasar
tersendiri.
c. Verba
mental adalah verba yang digunakan untuk mengajukan klaim.
Contoh: Menurut
pendapat saya, pengedaran narkoba di Indonesia sudah dikategorikan
siaga satu.
2. Menentukan kata bermakna proses atau hasil
a. Kata berimbuhan
ke-an sering digunakan untuk menandai informasi proses.
b. Kata berakhiran
-an sering dipakai untuk menandai hasil.
MENYUNTING EJAAN
DAN TANDA BACA
A. Mengidentifikasi
kesalahan penggunaan ejaan (judul, sapaan/gelar, nama kota, kata depan)
1. Penulisan judul
Judul yang digunakan sebagai “kepala” karangan harus
ditulis secara jelas dan tegas. Judul karya ilmiah atau karya tulis ditulis
dengan aturan sebagai berikut:
1) Semua huruf
pertama setiap kata dalam judul ditulis dengan huruf kapital kecuali huruf
pertama kata depan (di, ke, dari) atau kata hubung (pada, dengan, dalam,
terhadap, untuk, yang, atau)
2) Judul yang
berupa kata ulang utuh ditulis dengan diawali huruf kapital.
Contoh: Penetapan Undang-Undang Ketatanegaraan
3) Judul yang
berupa kata ulang berimbuhan diawali dengan huruf kapital untuk kata pertamanya
dan kata keduanya tidak diawali huruf kecil.
Contoh: Manfaat Buah-buahan untuk Kesehatan
2. Penulisan sapaan, gelar, dan singkatan
1) Sapaan
Kata sapaan digunakan untuk menyapa seseorang. Kata
sapaan dibedakan menjadi kata sapaan penunjuk kekerabatan dan kata sapaan
hormat. Huruf pertama kata
penunjuk hubungan kekerabatan seperti bapak, ibu, saudara, kakak,
adik, dan paman yang dipakai dalam penyapaan dan
pengacuan menggunakan huruf kapital
Misalnya:
- "Kapan Bapak berangkat?" tanya Harto.
- Adik bertanya, "Itu apa, Bu?"
- Surat Saudara sudah saya terima.
- "Silakan duduk, Dik!" kata Ucok.
- Besok Paman akan datang.
- Mereka pergi ke rumah Pak Camat.
- Para ibu mengunjungi Ibu Hasan.
2) Gelar dan Singkatan
- Gelar
kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang diikuti nama orang ditulis dengan
huruf kapital
Contoh: Raden Mas Joko, Pendeta Johanes, Haji Sulaiman
- Singkatan nama orang, nama gelar, sapaan, jabatan, atau
pangkat huruf pertamanya huruf kapital dan diikuti dengan tanda titik.
Misalnya:
- A.S. Kramawijaya
- Muh. Yamin .
- M.B.A. master
of business administration
- M.Sc. master of science
- S.E. sarjana
ekonomi
- S.Akt sarjana
akuntansi
- Bpk. Bapak
- Sdr. Saudara
- Kol. Kolonel
- Yth. Yang
terhormat
3. Penulisan
Kata depan (preposisi)
· Kata depan di, ke, dan dari ditulis
terpisah dari kata yang mengikutinya kecuali di dalam gabungan kata yang sudah
lazim dianggap sebagai satu kata seperti kepada dan daripada.
Misalnya:
- Kain itu terletak di dalam lemari.
- Bermalam semalam di sini.
- Di mana Siti sekarang?
- Mereka ada di rumah.
- Ia ikut terjun ke tengah kancah
perjuangan.
- Ke mana saja ia selama ini?
- Kita perlu berpikir sepuluh tahun ke depan.
- Mari kita berangkat ke pasar.
- Saya pergi ke sana-sini mencarinya.
- Ia datang dari Surabaya kemarin.
2. Mengidentifikasi kesalahan penggunaan tanda baca
Tanda koma dipakai di
antara nama orang dan gelar akademik yang mengikutinya untuk membedakannya dari
singkatan nama diri, keluarga, atau marga.
Misalnya:
E. Ratulangi, S.E.
Ny. Khadijah, M.A.