Kamis, 30 April 2015

UNSUR-UNSUR LAPORAN

UNSUR-UNSUR LAPORAN SECARA FORMAL

Tinjauan dari segi struktur penulisannya, laporan terdiri atas bagian-bagian sebagai berikut:
1. Halaman judul
2. Halaman pengesahan
3. Kata pengantar
4. Daftar isi
5. Daftar tabel (jika ada)
6. Daftar grafik (jika ada)
7. Bagian Pendahuluan; mencakup : latar belakang, tujuan, ruang lingkup masalah/objek, 
    pembatasan masalah/objek, dan sebagainya
8. Bagian isi; berisi tentang uraian pembahasan masalah yang dilaporkan serta hasil yang dicapai
9. Bagian penutup; berisi simpulan dan saran, pada umumnya menyangkut masalah pokok atau
    intisari dari pembahasan laporan serta penyampaian keinginan pelapor terhadap hal-hal yang
    berkaitan dengan laporan demi perbaikan laporan berikutnya.
(berikutnya ...)

TUGAS-TUGAS

MEMPARAFRASEKAN PUISI
TUGAS 001
Anda baca puisi berikut berulang-ulang dan pahami baris demi baris, paragraf demi paragraf agar dapat mengubah menjadi bentuk prosa

MENYESAL

Pagiku hilang sudah melayang
Hari mudaku sudah pergi
Sekarang petang datang membayang
Batang usiaku sudah tinggi

Aku lalai di hari pagi
Beta lengah di masa muda
Kini hidup meracun hati
Miskin ilmu, miskin harta

Ah ... apa guna kusesalkan
Menyesal tua tiada berguna
Hanya menambah luka sukma

Kepada yang muda kuharapkan
Atur barisan di hari pagi
Menuju ke arah padang bakti
                                                Puisi Baru, Ali Hasyimi


MENULIS PARAGRAF DEDUKTIF DAN INDUKTIF
TUGAS 002
1. Susunlah menjadi paragraf deduktif, dari kalimat utama berikut ini!

  • Negara Indonesia trmasuk negara di kawasan Asia yang kaya akan hasil alam.
  • Bahasa Indonesia merupakan bahasa persatuan yang mempersatuan bangsa Indonesia.
2. Susunlah menjadi paragraf induktif, kalimat utama berikut!
  • Inilah penyebab terjadinya banjir di Muara Angke Jakarta.
  • Jadi, dengan bahasa Indonesia dapat menyatukan tekad untuk menumpas penjajah negeri ini.

MENGUNDUH PARAGRAF

1. Berikan contoh paragraf narasi fiksi dan narasi ekspositoris
2. Tunjukan contoh paragraf, deskripsi
3. Tunjukan pula contoh paragraf eksposisi, argumentasi, dan persuasi

TUGAS 003


  • Dengan adanya siaran televise sehari penuh, anak-anak menjadi malas belajar. Anak-anak lebih senang menonton televise daripada belajar atau mengerjakan pekerjaan rumah dari gurunya. Apalagi bila sudah tiba saatnya penayangan film kesukaan mereka seperti Power Rengers, Spiderman, atau Herkules. Kecenderungan anak yang suka meniru-niru tokoh dalam film laga, bisa dipastikan akibatnya. Mereka menjadi agresif, kurang disiplin, dan susah diatur. Selanjutnya bila mereka meniru-niru adegan lainnya, kemungkinan besar mereka akan menjurus ke tindak kriminal, seperti pencurian, penodongan, ataupun pembunuhan.

Pertanyaan :

    1. Tentukan gagasan pokok paragraf di atas
    2. Tentukan dan tunjukkan gagasan penjelas yang mana saja
    3. Tentukan kalimat topik/pokok/utama paragraf di atas
    4. Tunjukkan kalimat penjelasnya
    5. Dikembangkan dengan pola apakah paragraf di atas? Tunjukan yang menyatakan pola pengembangan tersebut
    6. Tergolong jenis karangan apakah paragrafi di atas

  • Topik : PERANAN MAJALAH DINDING DI SEKOLAH

Kerangka :
    1. Majalah dinding merupakan program OSIS
    2. Majalah dinding sebagai wadah pengembangan kreativitas
    3. Majalah dinding sebagai ajang kompetisi intelektual
    4. Majalah dinding sebagai batu loncatan untuk sukses
Untuk menjadi wartawan, kolumnis, penulis, atau redaktur media massa maupun elektronik diperlukan latihan-latihan dalam waktu yang lama. Karier mereka umumnya diawali dari latihan menulis, menulis, dan menulis sejak remaja. Media latihan menulis awal yang cukup membantu ialah majalah dinding. Di sekolah-sekolah yang maju sering dijumpai terbitan majalah dinding yang bagus. Tidak jarang dari merekayang sukses dalam bidang tulis-menulis atau karang-mengarang adalah berkat majalah dinding.

Pertanyaan :
a.   Paragraf di atas merupakan pengembangan dari kerangka nomor.....
b.       Kalimat sumbang dalam paragraf di atas terdapat pada kalimat...

c.        Tergolong jenis karangan apakah paragraf di atas...

TUGAS   004

Ubahlah kalimat berikut agar menjadi efektif!

1.   Saya saling bersalaman dengan keluarga paman.
2.   Ia membeli buku itu karena telah diketahui bahwa buku tersebut bagus.
3.   Majalah ini saya sudah baca
4.   Kemajuan daripada sekolah ini sangat pesat sekali.
5.   Para hadirin dimohon agar berdiri.
6.   Kepada siswa kelas dua dimohon berkumpul di halaman sekolah.
7.   Untuk Bapak guru dimohon menempati tempat duduk di sebelah kanan panggung.
8.   Semua peserta diskusi saling tukar-menukar pengalaman.
9.   Gunung Gandung termasuk paling terdekat dengan jantung kota Wonogiri.
10. Bapak Budiman agar supaya menghubungi Bapak Ridwan di ruang direktur.

TUGAS 005
Menyusun kalimat menjadi paragraf!
(1) Karena letaknya yang strategis, tempat itu menjadi perhentian kapal-kapal tambang yang    
      berangkat tiap hari dari Cilangkap ke Kali Pucang.
(2) Letaknya di ujung muara Sungai Citandui
(3) Kampung Majingkak adalah tipologi kampung nelayan yang miskin.
(4) Pada malam hari lelaki ke luar mencari ikan atau mengambil kayu ke Nusakambangan
(5) Sebuah jalan tanah yang hanya berfungsi di musim panas menghubungkan tempat itu dengan
      jalan raya Banjar dan Pangandaran
(6) Kampung ini hanya terdiri dari sepuluh rumah gubuk

TUGAS 006
1. Sebutkan macam-macam kalimat tanya beserta ciri-ciri masing-masing!
2. Jelaskan ciri-ciri kalimat perintah dan berikan contohnya!
3. Apa yang dimaksud 'kata' 'frase' ambigu itu? Jelaskan dan berikan contohnya!
4. Ubahlah menjadi kata baku : 'anggauta', 'non beras', 'anti nyamuk', 'pra sejarah', pasca sarjana'.
5. Jelaskan faktor yang mempengaruhi kalimat tidak efektif! Berilah contohnya

TUGAS 007
1. Apa yang dimaksud kalimat tanya biasa? Jelaskan berikan contoh
2. Berikan contoh kalimat tanya klarifikasi/konfirmasi 5 saja!
3. jelaskan perbedaan antara kalimat tanya retoris dan tersamar? Berikan contoh!
4. Bagaimanan rumus bertanya? Jelaskan keguanaan masing-masing!
5. Jelaskan fungsi kata penghubung/konjungsi 'sebab', 'sehingga', 'di samping itu', 'daripada'                    
TUGAS 008
1. Jelaskan fungsi afiks penanda 'proses' dan 'hasil'.   Berilah contoh dalam kalimat!
2. Apa yang dimaksud opini dan fakta? Berilah contoh dalam kalimat!

TUGAS 009
Berikan tanda petunjuk/garis bawahi bagian surat undang di bawah ini yang tidak benar!

                     
                         SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN
                SMK PANCASILA 6 JATISRONO WONOGIRI
                            STATUS : TERAKREDITASI ( B )

 Alamat  : Jl. Garuda Pancasila Kec. Jatisrono Kab. Wonogiri Prov. Jawa Tengah 57691
                                              Telp. (0273) 411182;  Fax (0273) 411182


Nomor : 005/      /2014 7 Juli  2014
Lampiran         : ---
Hal                  : UNDANGAN




Yth. Sdr. Guru Penerima Tunjangan Profesi
SMK Pancasila 6 Jatisrono
Di Jatisrono


Dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran dan tuntutan profesionalisme bagi guru yang telah bersertifikasi, maka perlu adanya koordinasi dan kesepakatan dalam setiap melaksanakan tugas, baik secara administrative maupun strategi. Maka dengan ini kami mengundang kehadiran Bapak/Ibu, besok;

       Hari, tanggal : Kamis, 10 Juli 2014
       Waktu         : 08.30 – selesai
       Tempat         : SMK Pancasila 6 Jatisrono
       Acara : Pembinaan dan Koordinasi antarguru bersertifikasi


Demikian surat undangan kami, atas  perhatiannya, diucapkan banyak terima kasih.

                                                                      Kepala Sekolah,



                                                               Drs. Slamet Riyanto, M.M.

TUGAS 010
Tentukan jenis kesalahan kalimat berikut, dan ubahlan menjadi kalimat efektif!

1. Kedatangannya Bapak Bupati sangat diharapkan sekali.
2. Meskipun ia pandai, tetapi ia tidak pernah sombong.
3. Ketika jemputan datang, dari kami semua sudah siap.
4. Setelah berulangkali ia berlatih barulah bagus prestasinya.
5. Antara sesama peserta seminar saling bertukar pikiran.
6. Pada PON yang baru lalu mengikutsertakan para penyandang cacat.
7. Untuk orang tuanya sendiri diberikan uang setengah juta rupiah.
8. Bagi saya sangat tertarik terhadap cara dia berpakaian.
9. Rumahnya Pak Hari yang baru dibangun itu mau dijual.
10. Kedua orang itu bertengkar saling dorong-mendorong
11. Dirgahayu HUT Kemerdekaan Republik Indonesia.
12. Kami telah membicarakan tentang masalah lingkungan hidup ini hari.
13. Penyelundup obat itu berhasil ditangkap polisi.
14. Bersama surat ini kami beritahukan bahwa...
15. Bagi siswa yang terlambat, harap melapor guru yang piket

TUGAS 011
1. Apa yang Anda ketahui tentang Apresiasi? Jelaskan.
2. Sebutkan jenis-jenis apresiasi yang Anda ketahui! (BI untuk SMK XII, Depdiknas)
3. Sebutkan tahapan apresiasi karya sastra!
4. Apa yang dimaksud karya sastra bentuk prosa? Jelaskan.
5. Sebutkah karya sastra yang tergolong prosa!

TUGAS 012
1. Apa yang dimaksud unsur instrinsi dan ekstrinsik prosa? Jelaskan
2. Sebutkan unsur-unsur instrinsik prosa dan unsur instrinsik puisi!
3. Gambarkan tahapan alur dalam karya sastra bentuk prosa!
4. Sebutkan unsur batin dalam puisi!
5. Jelaskan perbedaan alur maju dan mundur dalam karya sastra!

TUGAS 013
1. Apa yang Anda ketahui tentang tokoh protagonis dan tokoh antagonis? Jelaskan!
2. Apa yang dimaksud sudut pandang orang pertama dan orang ketiga? Jelaskan!
3. Apa yang dimaksud orang pertama pelaku utama dan orang pertama pelaku sampingan!
4. Apa yang dimaksud orang ketiga di luar cerita dan orang ketiga serba tahu!
5. Apa yang dimaksud alur rapat dan alur renggang? Jelaskan!

TUGAS 14
1. Suntingkan karya sastra bentuk prosa dari media cetak yang Anda temukan, kemudian tentukan unsur-unsur instrinsiknya (tema, tokoh dan penokohannya, latar, serta pengalurannya)
2. Bandingkan antara karya sastra dan karya ilmiah dari media cetak yang Anda suntting!

TUGAS 15


TUGAS
STANDAR KOMPETENSI : 3.1

(1) Bacalah cerpen karya Putu Wijaya di bawah ini, tentukan unsur instrinsiknya

Peradilan Rakyat

Seorang pengacara muda yang cemerlang mengunjungi ayahnya, seorang pengacara senior yang sangat dihormati oleh para penegak huku.
“Tapi aku dating tidak sebagai putramu,” kata pengacara muda itu, “Aku dating ke mari sebagai pengacara muda yang ingin menegakkan keadilan di negeri yang sedang kacau ini.”
Pengacara tua, yang bercambang dan jenggot memutih itu, tidak terkejut. Ia menatap putranya dari kursi rodanya, lalu menjawab dengan suara yang tenang dan agung.
”Apa yang ingin kamu tentang, anak muda?”
Pengacara muda tertegun. ”Ayahanda bertanya kepadaku?”
”Ya, kepada kamu, bukan sebagai putraku, tetapi kamu sebagai ujung tombak pencarian keadilan di negeri yang sedang dicabik-cabik korupsi ini.”
Pengacara muda itu tersenyum.
”Baik, kalau begitu, Anda mengerti maksudku.”
”Tentu saja. Aku juga pernah muda seperti kamu. Dan aku juga berani, kalau perlu kurang ajar. Aku pisahkan antara urusan keluarga dan kepentingan pribadi dengan perjuangan penegak keadilan. Tidak seperti para pengacara sekarang yang kebanyakan berdagang. Bahkan tidak seperti para elit dan cendikiawan yang cemerlang ketika masih di luar kekuasaan, namun menjadi lebih buas dan keji ketika memperoleh kesempatan untuk menginjak-injak keadilan dan kebenaran yang dulu diberhalakannya. Kamu pasti tidak terlalu jauh dari keadaanku waktu masih muda. Kamu sudah membaca riwayat hidupku yang belum lama ini ditulis di sebuah kampus di luar negeri bukan?  Mereka menyebutku Singa Lapar.  Aku memang tidak pernah berhenti memburu pencuri-pencuri keadilan yang bersarang di lembaga-lembaga tinggi dan gedung-gedung bertingkat. Merekalah yang sudah membuat kejahatan nebhadu budaya di negeri ini. Kamu bisa banyak belajar dari buku itu.”
Pengacara muda itu tersenyum. Ia mengangkat dagunya, mencoba memandang pejuang keadilan yang kini sepeerti macan ompong itu, meskipun sisa-sisa keperkasaannya masih terasa.
”Aku tidak datang untuk menentang atau memuji Anda.  Anda dengan seluruh sejarah Anda memang terlalu besar untuk dibicarakan. Meskipun bukan bebas dari kritik. Aku punya sederetan koreksi terhadap kebijakan-kebijakan yang sudah Anda lakukan.  Dan aku terlalu kecil untuk menentang bahkan terlalu tak pantas untuk memujimu.  Anda sudah tidak memerlukan cercakan atau pujian lagi. Karena kau bukan hanya penegak keadilan yang bersih, kau yang selalu berhasil dan sempurna, tetapi kau juga adalah keadilan itu sendiri.”
Pengacara tua itu meringis.
”Aku suka kau menyebut dirimu aku dan memanggilku kau.  Berarti kita bisa bicara sungguh-sungguh sebagai profesional, Pemburu Keadilan.”
”Itu semua juga tidak lepas dari hasil gemblenganmu yang tidak kenal ampun!”
Pengacara tua itu tertawa.
2”Kau sudah mulai lagi dengan puji-pujianmu!” potong pengacara tua. Pengacara muda terkejut.  Ia tersandar pada kekeliruannya lalu minta maaf.
”Tidak apa. Jangan surut. Katakan saja apa yang hendak kamu katakan,” sambung pengacara tua menenangkan, sembari mengangkat tangan, menikmati juga pujian itu, ”jangan membatasi dirimu sendiri.  Jangan membunuh diri dengan diskripsi-diskripsi yang akan menjebak kamu ke dalam doktrin-doktrin beku, mengalir sajalah sewajarnya bagaikan mata air, bagai suara alam, karena kamu sangat diperlukan oleh bangsamu ini.”
Pengacara muda diam beberapa lama untuk merumuskan ucapannya dengan lebih tenang.
”Aku datang kemari ingin mendengar suaramu. Aku mau berdialog.”
”Baik. Mulailah. Berbicaralah sebebas-bebasnya.”
”Terima kasih. Begini. Belum lama ini negara menugaskan aku untuk membela seorang penjahat besar, yang sepantasnya mendapat hukuman mati. Pihak keluarga pun datang dengan gembira ke rumahku untuk mengungkapkan kebahagiaannya, bahwa pada akhirnya   negara cukup adil, karena memberikan seorang pembela kelas satu untuk mereka.  Tetapi aku tolak mentah-mentah.
Kenapa?   Karena aku yakin, negara tidak benar-benar menugaskan aku untuk membelanya. Negara hanya ingin mempertunjukkan sebuah teater spektakuler, bahwa di negeri yang sangat tercela hukumnya ini, sudah ada kebangkitan baru. Penjahat yang paling kejam, sudah sudah diberikan seorang pembela yang perkasa seperti Mike Tyson, itu bukan istilahku, aku pinjam dari apa yang diobral para pengamat keadilan di koran untuk semua sepak-terjangku, sebab aku selalu berhasil memenangkan semua perkara yang aku tangani.
Aku ingin berkata tidak kepada negara, karena pencarian keadilan tak boleh menjadi sebuah teater, tetapi mutlak hanya pencarian keadilan yang kalau perlu dingin dan beku. Tapi negara terus juga mendesak dengan berbagai cara supaya tugas itu aku terima. Di situ aku mulai berpikir. Tak mungkin semua itu tanpa alasan. Lalu aku melakukan investigasi yang mendalam dan kutemukan faktanya. Walhasil, kesimpulanku, negara sudah memainkan sandiwara. Negara ingin menunjukkan kepada rakyat dan dunia, bahwa kejahatan dibela oleh siapa pun, tetap kejahatan. Bila negara tetap dapat menjebloskan bangsat itu sampai ke titik terakhirnya hukuman tembak mati, walaupun sudah dibela oleh tim pembela seperti aku, maka negara akan mendapatkan kemenangan ganda, karena kemenangan itu pastilah kemenangan yang telak dan bersih, karena aku yang menjadi jaminannya. Negara hendak menjadikan aku sebagai pecundang. Dan itulah yang aku tentang.
Negara harusnya percaya bahwa menegakkan keadilan tidak bisa lain harus dengan keadilan yang bersih, sebagaimana yang sudah Anda lakukan selama ini.
Pengacara muda itu berhenti sebentar untuk memberikan waktu pengacara senior itu menyimak.
Kemudian ia melanjutkan.
”Tapi aku datang kemari bukan untuk minta pertimbanganmu, apakah keputusanku untuk menolak itu tepat atau tidak. Aku datang kemari karena setelah negara menerima baik penolakanku, bajingan itu sendiri datang ke tempat kediamanku dan meminta dengan hormat supaya aku bersedia untuk membelanya.”
”Lalu kamu terima,? Potong pengacara tua itu tiba-tiba.  Pengacara muda itu terkejut. Ia menatap pengacara tua itu dengan heran.”
”Bagaimana Anda tahu?”
3Pengacara tua mengelus jenggotnya dan mengangkat matanya melihat ke tempat yang jauh.  Sebentar saja, tapi seakan ia sudah mengarungi jarak ribuan kilometer. Sambil menghela napas kemudian ia berkata: ”Sebab aku kenal siapa kamu.”
Pengacara muda sekarang menarik napas panjang.
”Ya aku menerimanya, sebab aku seorang profesional.  Sebagai seorang pengacara aku tidak bisa menolak siapa pun orangnya yang meminta agar aku melaksanakan kewajibanku sebagai pembela.  Sebagai pembela, aku mengabdi kepada mereka yang membutuhkan keahlianku untuk membantu pengabdian menjalankan proses peradilan sehingga tercapai keputusan yang seadil-adilnya.”
Pengacara tua mengangguk-anggukkan kepala tanda mengerti.
”Jadi itu yang ingin kamu tanyakan?”
”antara lain.”
”Kalau begitu kau sudah mendapatkan jawabanku.”
Pengacara muda tertegun. Ia menatap, mencoba mengetahui apa yang ada di dalam lubuk hati orang tua itu.
”Jadi langkahku sudah benar?”
Orang tua itu kembali mengelus janggutnya.
”Jangan dulu mempersoalkan kebenaran.  Tapi kau telah menunjukkan dirimu sebagai profesional. Kau tolak tawaran negara, sebab dibalik tawaran itu tidak hanya ada usaha pengejaran pada kebenaran dan penegakan keadilan sebagaimana yang kau kejar dalam profesimu sebagai ahli hukum, tetapi di situ sudah ada tujuan-tujuan politik.  Namun, tawaran yang sama dari seorang penjahat malah kau terima baik, tak peduli orang itu orang yang pantas ditembak mati, karena sebagai profesional kau tak bisa menolak mereka yang minta tolong agar kamu membelanya dari praktik-praktik pengadilan yang kotor untuk menemukan keadilan yang paling tepat.  Asal semua itu dilakukannya tanpa ancaman dan tanpa sogokan uang!   Kau tidak membelanya karena ketakutan bukan?”
”Tidak! Sama sekali tidak!”
”Bukan juga karena uang?!”
”Bukan!”
”Lalu karena apa?”
Pengacara muda itu tersenyum.
”Karena aku akan membelanya.”
”Supaya dia menang?”
”Tidak ada kemenangan di dalam pemburuan keadilan.  Yang ada hanya usaha untuk mendekati apa yang lebih benar. Sebab kebenaran sejati, kebenaran yang paling benar mungkin hanya mimpi kita yang tak akan pernah tercapai.  Kalah-menang bukan masalah lagi.  Upaya untuk mengejar  itu yang paling penting.  Demi memuliakan proses itulah  aku menerimanya sebagai klienku.”
4Pengacara tua termenung.
”Apa jawabku salah?”
Orang tua itu menggeleng.
”Seperti yang kamu katakan tadi, salah atau  benar juga tidak menjadi persoalan.  Hanya ada kemungkinan kalau kamu membelanya, kamu akan berhasil keluar sebagai pemenang.”
”Jangan meremehkan jaksa-jaksa yang diangkat oleh negara. Aku dengar sebuah tim yang sangat tangguh akan diturunkan.”
”Tapi kamu akan menang.”
”Perkaranya saja belum mulai, bagaimana bisa tahu aku akan menang.”
”Sudah bertahun-tahun aku hidup sebagai pengacara. Keputusan sudah bisa dibaca walaupun sidang belum mulai. Bukan karena materi perkara itu, tetapi karena soal-soal sampingan. Kamu terlalu besar untuk kalah saat ini.”
Pengacara muda itu tertawa kecil.
”Itu pujian atau peringatan?”
5”Pujian.”
”Asal Anda jujur saja.”
”Aku jujur.”
”Betul?”
”Betul!”
Pengacara muda itu tersenyum dan manggut-manggut.  Yang tua memicingkan matanya dan mulai menembak lagi.
”Tapi kamu menerima membela penjahat itu, bukan karena takut, bukan?”
”Bukan! Kenapa mesti takut?”
”Mereka tidak mengancam kamu?”
”Mengancam bagaimana?”
”Jumlah uang yang terlalu besar, pada akhirnya juga adalah sebuah ancaman.  Dia tidak memberikan angka-angka?”
”Tidak”
Pengacara tua itu terkejut.
”Sama sekali tak dibicarakan berapa mereka akan membayarmu?”
”Tidak.”
”Wah! Itu tidak profesional!”
Pengacara muda itu tertawa.
”Aku tak pernah mencari uang dari kesusahan orang!”
”Tapi bagaimana kalau dia sampai menang?”
Pengacara muda itu terdiam.
”Bagaimana kalau dia sampai menang?”
”Negara akan mendapat pelajaran penting. Jangan main-main dengan kejahatan.!”
”Jadi kamu akan memenangkan perkara itu?”
Pengacara muda itu tak menjawab.
”Berarti ya!”
”Ya. Aku akan memenangkannya dan aku akan menang!”
Orang tua itu terkejut. Ia merebahkan tubuhnya bersandar. Kedua tangannya mengurut dada. Ketika yang muda hendak bicara lagi, ia mengangkat tangannya.
”Tak usah kamu ulangi lagi, bahwa kamu melakukan itu bukan karena takut, bukan karena kamu disogok.”
”Betul. Ia minta tolong, tanpa ancaman dan tanpa sogokan. Aku tidak takut.”
”Dan kamu menerima tanpa harapan akan mendapatkan balas jasa atau perlindungan balik kelak kalau kamu perlukan, juga bukan karena kamu ingin memburu publikasi dan bintang-bintang penghargaan dari organisasi kemanusiaan di mancanegara yang benci negaramu, bukan?”
”Betul.”
”Kalau begitu, pulanglah anak muda. Tak perlu kamu bimbang. Keputusanmu sudah tepat.  Menegakkan hukum selalu didorong oleh berbagai tuduhan, seakan-akan kamu sudah memiliki pamrih di luar dari pengajaran keadilan dan kebenaran. Tetapi semua rongrongan itu hanya akan menambah pujian untukmu kelak, kalau kamu mampu terus mendengarkan suara hati nuranimu sebagai penegak hukum yang profesional.”
Pengacara muda itu ingin menjawab, tetapi pengacara tua tidak memberi kesempatan.
”Aku kira tak ada yang dibahas lagi. Sudah jelas. Lebih baik kamu pulang sekarang. Biarkan aku ketemu  dengan putraku, sebab aku sudah sangat rindu kepada dia.”
Pengacara muda itu jadi amat terharu. Ia berdiri hendak memeluk ayah. Tetapi orang tua itu mengangkat tangan dan memperingatkan dengan suara yang serak. Nampaknya sudah lelah dan kesakitan.
”Pulanglah sekarang. Laksanakan tugasmu sebagai seorang profesional.”
6”Tapi.......”


Pengacara tua itu menutupkan matanya, lalu menyandarkan punggungnya ke kursi. Sekretarisnya yang jelita, kemudian menyelimuti tubuhnya. Setelah itu wanita itu menoleh kepada pengacara muda.
”Maaf, saya kira pertemuan harus diakhiri di sini, Pak.  Beliau perlu banyak istirahat.  Selamat malam.”
Entah karena luluh oleh senyum di bibir wanita yang memiliki mata lentik yang sangat indah itu, pengacara muda itu tak mampu lagi menolak. Ia memandang sekali lagi orang tua itu dengan segala hormat dan cintanya.   Lalu ia mendekatkan mulutnya ke telinga wanita  itu, agar suaranya jangan sampai membangunkan orang tua itu dengan berbisik.
”Katakan kepada ayahanda, bahwa bukti-bukti yang sempat dikumpulkan oleh negara terlalu sedikit dan lemah.  Peradilan itu terlalu tergesa-gesa. Aku akan memenangkan perkara ini dan itu berarti akan membebaskan bajingan yang ditakuti dan dikutuk oleh seluruh rakyat di negeri ini untuk terbang lepas kembali seperti burung di udara.  Dan semoga itu akan membuat negeri kita ini menjadi lebih dewasa secepatnya. Kalau tidak, kita akan menjadi bangsa yang lalai.”
Apa yang dibisikkan pengacara muda itu kemudian menjadi kenyataan. Dengan gemilang dan mudah ia mempecundangi negara di pengadilan dan memerdekakan kembali raja penjahat itu.  Bangsat itu tertawa terkekeh-kekeh. Ia merayakan kemenangan dengan pesta kembang api semalam suntuk, lalu meloncat ke mancanegara, tak mungkin dijamah lagi.  Rakyat pun marah.  Mereka terbakar dan mengalir bagai lava panah ke jalanan, menyerbu dengan yel-yel dan poster-poster raksasa.  Gedung pengadilan diserbu dan dibakar. Hakimnya diburu-buru.  Pengacara muda itu diculik, disiksa, dan akhirnya dikembalikan sesudah jadi mayat.  Tetapi itu pun belum cukup. Rakyat terus mengaum dan hendak menggulingkan pemerintahan yang sah.
Pengacara tua itu terpagut di kursi rodanya. Sementara sekretaris jelitanya membacakan berita-berita keganasan yang merebak di seluruh wilayah negara dengan suaranya yang empuk, air mata menetes di pipi pengacara besar itu.
7“Setelah kau datang sebagai seorang pengacara muda yang gemilang dan meminta aku berbicara sebagai profesional, anakku,”   rintihnya dengan amat sedih.   “Aku terus membuka pintu dan mengharapkan kau datang lagi kepadaku sebagai seorang putra.  Bukankah sudah aku ingatkan, aku rindu kepada putraku. Lupakah kamu bahwa kamu bukan saja seorang profesional, tetapi juga seorang putra dari ayahmu.  Tak inginkah kau mendengar apa kata seorang ayah kepada putranya, kalau berhadapan dengan sebuah perkara, di mana seorang penjahat besar yang terbebaskan akan menyulut peradilan rakyat seperti bencana yang melanda negeri kita sekarang ini?”.

Cirendeu, 1 Maret 2003
Sumber:http:/kumpulan-cerpen.blogspot.com






TUGAS
8
Lembar jawab dan penilaian, cerpen Putu Wijaya (Peradilan Rakyat)

Nama siswa : .......................................................                   Tk/Prodi : .........................
Tentukan
Jawaban
Nilai
Perolehan/Skor
Nilai
TT
KT
TP
ST
1
2
3
4
(24)
Tema







Latar (Setting)







Pesan (Amanat)







Penokohan







Sudut Pandang (Point of view)







Alur








JUMLAH







Keterangan : TT (Tidak Tetap/Nilai 1); KT (Kurang Tepat/Nilai 2); TP (Tepat/Nilai 3); ST (Sangat Tepat/Nilai 4)

Perhitungan Nilai = Skor perolehan DIBAGI skor maksimum (24)  KALI 100, = NILAI PEROLEHAN
Contoh =  3 + 3 + 4 + 3 + 4 + 3  = 20   x 100
                                                     24
TUGAS 16



(2) Bacalah cerpen karya Ratmana S, angkatan ‘66

Kubur

Keluarga pamanku dikenal sebagai keluarga ”abangan”, artinya mengaku beragama Islam, tetapi tidak menjalankan syarat-syaratnya kecuali untuk keperluan upacara pernikahan dan kematian. Paman dan putra-putranya yang masih kecil, taat beribadah, sejak istrinya meninggal di awal tahun empat-lima, sedangkan putra-putranya sudah berumah tangga tetap sebagai orang abangan.  Setahun setelah istrinya meninggal, paman menikah dengan seorang muslimah dari Yogya, tetapi tidak memperoleh seorang anak pun.
Paman bersama istri dan putra-putranya yang belum menikah pindah ke Magelang. Sedangkan yang sudah menikah tinggal di Surabaya, Blitar, Yogya, Bandung, dan Jakarta. Keadaan paman sebenarnya sangat menyedihkan, sebab putra-putranya yang sudah berkeluarga tidak banyak membantunya.
Mas Hari adalah seorang putranya yang banyak membantu. Ia telah lulus dari universitas di California dan menetap di Bandung.  Hidupnya sangat berkecukupan, tetapi sayang, istrinya selalu menunjukkan ketidakrelaannya setiap Mas Hari memberi bantuan kepada paman yang tidak tahu apa-apa, apalagi bila tidak diberitahukan oleh Mas Harto, putranya yang tinggal di Jakarta, sehingga paman mengambil sikap tidak akan meminta bantuan apapun kepada Mas Hari.
Mas Harjo, putra paman yang tinggal di Blitar, setelah diberitahu tentang tabiat istri Mas Hari, ia bersedia memberi bantuan kepada paman.
Ketengan timbul, tetapi masih dapat diatasi dengan kunjungan Mas Hari tiap hari raya ke Magelang, juga surat-menyurat di antara mereka.  Surat-menyurat itulah yang menimbulkan suatu pertentangan yang serius dan menimbulkan luka di hati masing-masing sehingga mempersulit keadaan mereka untuk bertemu.
Pertama Mas Hari ingin memperbaiki kubur ibunya yang ada di Pekalongan, tempat keluargaku menetap. Paman meminta agar niat Mas Hari ditangguhkan sampai memperoleh kepastian bahwa hal ini tidak dilarang agama.
Mas Hari menunggu kepastian paman yang membuatnya kesal sendiri, maka dengan persetujuan Mas Harto, Mas Hari mengirimkan uang sebesar           Rp 5.000,00 kepada keluargaku, untuk perbaikan makam, ditembok dan diteraso.



TUGAS TERSTRUKTUR

Lembar jawab dan penilaian, cerpen Ratmana S (Kubur)

Nama siswa     : .........................................     Tanggal ditugaskan : .........................
Tk/Prodi          : .........................................     Tgl. Dikumpulkan   : .........................

Tentukan
Jawaban
Nilai
Perolehan/Skor
Nilai
TT
KT
TP
ST
1
2
3
4
(32)
Tema







Latar (Setting)







Pesan (Amanat)







Tokoh/pelaku







Sudut Pandang (Point of view)







Alur







Penokohan/Karakter







Klimaks








JUMLAH






Keterangan : TT (Tidak Tepat/Nilai 1); KT (Kurang Tepat/Nilai 2); TP (Tepat/Nilai 3); ST (Sangat Tepat/Nilai 4)

Perhitungan Nilai = Skor perolehan DIBAGI skor maksimum (32)  KALI 100, = NILAI PEROLEHAN
Contoh =  3 + 3 + 4 + 3 + 4 + 3 +  3 + 3  = 26   x 100
                                                                  32


TUGAS 17
11(3) Bacalah dengan cermat, cerpen karya Nilawati H.W (Penantian)

Penantian

Gadis itu masih duduk di bawah pohon mempelam di tepi jalan, tak jauh dari terminal bus yang selalu hinggar-bingar. Raut wajahnya yang cantik masih tampak nyata, meski kini telah menjadi kusam lantaran tak pernah lagi tersentuh bedak.  Begitu pula rambutnya yang sedikit ikal dan tampaknya sedap untuk dibelai, kusut tergerai tersapu angina.
Pelan-pelan jarinya membuka tas plastic yang tergolek di pangkuannya sambil matanya melirik ke kanan-kiri, seolah-olah ia takut kalau-kalau ada yang memata-matainya.
Sejenak ia menarik nafas lega saat selembar foto tersembul keluar yang segera diringi dengan senyumnya, bagaikan menyenyumi wajah pemuda tampan yang terpampang di situ.
“Mas, aku rindu sekali… Aku kangen Mas. Kapan kau datang Mas...?”
Desah lirih keluar dari bibirnya yang kedua sudutnya sebentar-sebentar melengkung turun, menahan isakan tangis.
”Aku telah lama menunggu di sini... seperti pesanmu, aku harus selalu sabar menunggu...”
Sesaat kemudian gadis itu menatap tajam mobil-mobil yang lalu-lalang di depannya.  Terlebih lagi jika yang lewat itu mobil sedan biru, jantungnya berdebar-debar dan sesudah itu boleh dipastikan ia akan berlari-lari mengejarnya.
”Mas! Mas! Tunggu aku, Mas......”
Tetapi siapa yang mau menggubrisnya, menghentikan mobil dan membukakan pintunya buat gadis yang kusam itu.  Mereka malahan mengumpat dan menjauh secepatnya lantaran menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.
Gadis itu nampak kecewa.  Tiada mobil yang sudi berhenti untuknya.  Ia pun berhenti berlarian mengejar mobil-mobil. Bisa jadi lantaran lelah. Tetapi mungkin juga ia mulai sadar. Tak seperti dulu beberapa tahun yang berlalu, ketika ia pertama kali bertemu dengan Hari di tempat yang sama, tak jauh dari terminal bus.  Saat itu ia memang benar-benar kaget karena tiba-tiba sebuah sedan biru berhenti di dekatnya.
”Maaf, Dik.  Bolehkah saya bertanya...?”
”Oohh, tentu saja...”
”Saya hampir kehabisan bensin.  Sudikah Adik menunjukkan tempat penjualan bensin?”  pemuda itu berkata seraya membuka pintu mobilnya.  Wajahnya yang tampan menyorotkan sinar kejujuran, dan ini membuat si gadis tidak segan untuk masuk ke dalam mobil dan duduk di sebelahnya.
”Terima kasih. Kenalkan, saya Hari Setia. Panggil saja Hari...”  ujar si pemuda  tampan itu seraya mengulurkan tangan.
”Saya Titi. Titisari...”  sahut si gadis seraya menjabat tangan si pemuda itu.  Sejenak keduanya terdiam, namun di kedua dada mereka berdialog gencar lebih berarti dari seribu kata yang terucap lewat bibir.
Bagi Hari sendiri, Titisari merupakan potret idaman hatinya.  Rambutnya yang setengah ikal tersanggul sederhana dan beberapa bagian dibiarkan terlepas menutup tengkuknya. Bibirnya yang tipis memerah asli, bukan polesan lipstick seperti gadis-gadis kota. Begitu pula kebaya dan kainnya sangat sederhana membuat pesona indah di hati Hari.
Itulah pengalaman pertama Titisari, seorang gadis desa duduk dalam mobil mewah ditemani seorang pemuda tampan yang sopan dan baik hati. Titisari diantar pulang oleh Hari dan mobilnya berhenti di tempat semula.
”Bolehkah saya bertemu lagi dengan Titi di tempat ini?”  Hari memberanikan diri bertanya, namun Titisari seperti berat untuk mengiyakan. Ia menundukkan kepala sementara ibu jari kakinya menggores-gores tanah.  Hari tersenyum.  ”Bagaimana, bolehkah?”
Tersipu malu, Titisari akhirnya menganggukkan kepala sebagai tanda setuju.  Maka perjumpaan-perjumpaan berikutnya berlangsung dengan manisnya.
Setiap kali, Titisari selalu menanti di bawah pohon mempelam dekat terminal bus, dan setiap kali pula hatinya berdebar keras jika Hari dan sedan birunya muncul serta berhenti di dekatnya.  Percintaan mereka seperti dalam cerita saja. Suci, syahdu, indah, meski diwarnai oleh kekontrasan yang mencolok.  Hari orang kota, anak orang kaya dan sebentar lagi meraih gelar insinyur, sedang Titi anak orang desa, miskin dan sekolahnya hanya sampai sekolah dasar.
”Rasanya seperti khayalan mimpi saja jika saya mengharap Mas Hari benar-benar sudi mempersunting saya, anak orang desa yang mis......”  kata-kata Titisari terhenti seketika, ketika telunjuk Hari menutup bibir Titi.
12”Jangan teruskan kata-kata itu, Titi. Aku tak peduli, sekalipun engkau hanya anak desa” tukas Hari meyakinkan.   ”Sudah bukan jamannya untuk membeda-bedakan derajat dan kekayaan dalam mempersatukan hati yang bercinta.  Kau tak perlu lagi bimbang Titi...”
Butiran air mata mengembara di sudut mata Titi, lalu meleleh jatuh di pipi.  Ia merebahkan kepalanya di dada Hari.  Satu kemantapan semakin kokoh di hati Titi, bahwa Hari adalah benar-benar ditakdirkan untuk mencintainya.

Namun harapan seringkali bertentangan dengan kenyataan.  Ketika orang tua Hari mengetahui percintaan anaknya dengan gadis desa yang miskin itu, mereka pun langsung menentangnya.
”Ingat Hari, kau jangan terlalu menuruti keinginanmu tanpa persetujuan orang tua. Mau kautaruh mana harga diri orang tuamu ini?  Bayangkan kelak jika kau memperistri orang desa itu dan kedudukanmu sebagai orang penting di masyarakat akan memudar lantaran dia hanya lulusan sekolah dasar!”  Damprat ayahnya.
Hari mencoba menentangnya, namun tak berdaya. Kekuasaan ayahnya terlalu kuat, bagaikan hempasan badai yang tak pernah surut dan Hari pasti akan terhempas ke batu karang jika beran menentangnya.
Suatu siang, selagi Titi menunggu di bawah pohon mempelam di dekat terminal, seorang laki-laki tua muncul.
”Kau akan sia-sia menunggu Hari, Nak.  Ia telah pergi jauh dan tidak mencintaimu lagi. Lupakan dia, Nak.  Demi kebaikanmu sendiri dan juga kebaikannya...”
”Tidak. Tidaaaaak!  Ia telah berjanji akan menjadi suamiku...”  Titi berlari sambil berteriak menjauhi orang tua itu.  ”Kau pasti bohong!  Bohooooong!”
Siang itu Titi masih menatap potret Hari di genggamannya.  Hari seolah mengajaknya tersenyum, seperti biasanya setiap ia menghentikan mobil dan membukakan pintu serta mempersilakan Titi naik ke dalam.  Lalu Titi pun ikut tersenyum panjang dan semakin panjang, disusul derai ketawa keras bercampur suara mesin mobil yang lalu-lalang.
Tetapi kini, siapa yang sudi memperhatikan gadis malang yang selalu duduk menanti di bawah pohon mempelam dekat terminal?   Siapa...?

(dalam Kedaulatan Rakyat, 28 Agustus 1988, dengan perubahan)



13



Lembar jawab dan penilaian, cerpen Nilawati HW (Penantian)

Nama siswa : ......................................                        Tk/Prodi : .........................
Tentukan
Jawaban
Nilai
Perolehan/Skor
Nilai
TT
KT
TP
ST
1
2
3
4
(24)
Siapa pelaku utama







Bagaimana karakter tokoh-tokohnya







Mengapa percintaan mereka harus berpisah







Alur apa yang digunakan pengarang







Siapa saja pelaku sampingan







Dimana meraka saling bertemu








JUMLAH






Keterangan : TT (Tidak Tetap/Nilai 1); KT (Kurang Tepat/Nilai 2); TP (Tepat/Nilai 3); ST (Sangat Tepat/Nilai 4)

14Perhitungan Nilai = Skor perolehan DIBAGI skor maksimum (24)  KALI 100, = NILAI PEROLEHAN
Contoh =  3 + 3 + 4 + 3 + 4 + 3  = 20   x 100
                                                     24

REVIEW (01)
1. Jelaskan hakikat apresiasi karya sastra.
2. Apa yang dimaksud apresiasi secara kinetik dan verbal. Berikan contoh
3. Sebutkan unsur-unsur instrinsik prosa. Jelaskan masing-masing.
4. Apa yang dimaksud unsur ekstrinsik prosa. Jelaskan maksud tersebut.
5. Apa yang tertuang dalam isi pesan suatu cerita/kisah. jelaskan.

REVIEW (02)
1.SEBUTKAN UNSUR INSTRINSIK PUISI
2. SEBUTKAN YANG TERMASUK UNSUR BATIN PUISI
3. SEBUTKAN YANG TERMASUK JENIS PUISI LAMA
4. JELASKAN PERBEDAAN KARYA SASTRA LAMA DAN BARU
5. BERILAH CONTOH MAJAS : PARADOKS, PERSONIFIKASI, ALEGORI DAN TAUTOLOGI

STRUKTUR TEKS PROSEDUR

1. Buatlah bagian tujuan dalam teks prosedur cara membuat dodol
2. material
3. langkah-langkah
4. ciri-ciri teks prosedur dan berikan contoh-contohnya

STRUKTUR TEKS EKSPLANASI
1. Gunting bagian teks eksplanasi yang Anda dapatkan dari peristiwa-peristiwa dalam koran, kemudian analisislah sesuai strukturnya
2. Unsur kebahasaan yang Anda temukan dalam teks tersebut analisislah secara detail.

TUGAS XII

A. Tentukan Unsur struktur teks sejarah di bawah ini!

Analisis Teks Sejarah
Kongres Sumpah Pemuda
nartobin

                Kongres pemuda II berlangsung pada 27-28 oktober dalam tiga tahap rapat. Rapat pertama berlangsung di gedung katholieke jongelingen bond di waterlooplein, lalu dipindahkan ke oost java bioscoop di konigsplein noord, dan rapat ketiga berlangsung di gedung kramat 106 sekaligus penutupan rapat.

                    Dari rapat pertama hingga rapat ketiga, kongres pemuda II ini menghadirkan 15 pembicara, yang membahas berbagai tema. Diantara pembicara yang dikenal, antara lain Soegondo Djojopespito, Muhammad Yamin, dan Siti Sundari. Hadir pula banyak organisasi pemuda dan kepanduan saat itu, diantaranya jong java, jong ambon, jong celebes, jong batak, jong sumatranen bond, dan lain-lain.

                  Menjelang penutupan, muhammad yamin mengedarkan secarik kertas kepada pimpinan rapat, soegondo djojopoespito, lalu diedarkan kepada para peserta rapat yang lain. Siapa sangka, tulisan yamin di secarik kertas itulah tercetus gagasan sumpah pemuda.
                    Sumpah itu lalu dibaca oleh oleh soegondo, lalu yamin memberi penjelasan panjang lebar tentang isi rumusannya itu. Pada awalnya, rumusan singkat yamin itu dinamakan “ikrar pemuda”, lalu diubah oleh yamin sendiri menjadi “sumpah pemuda”. 

                    Bung karno sendiri menganggap sumpah pemuda 1928 bermakna revolusioner: satu negara kesatuan dari sabang sampai merauke, masyarakat adil dan makmur, dan persahabatan antarbangsa yang abadi

B. TUGAS XII


Suatu hari di Bulan Maret 1946, dalam waktu tujuh jam, sekitar 200.000 penduduk mengukir sejarah dengan membakar rumah dan harta benda mereka, meninggalkan kota menuju pegunungan di selatan.Beberapa tahun kemudian, lagu “Halo Halo Bandung” ditulis untuk melambangkan emosi mereka, seiring janji akan kembali ke kota tercinta, yang sekarang telah menjadi lautan api. Setelah Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945, Indonesia belum sepenuhnya merdeka. Kemerdekaan harus dicapai sedikit demi sedikit melalui perjuangan rakyat yang rela mengorbankan segalanya. Setelah Jepang kalah, tentara Inggris datang untuk melucuti tentara Jepang.


                  Dari penggalan teks sejarah di atas, Anda dapat menyatakan bahwa itu merupakan bagian ORIENTASI.
                  Jikan tinjauannya pada unsur kebahasaannya, tunjukkan yang menyatakan :
1. Frasa nomina modifikasi, koordinatif, dan apositif
2. Verba modifikatif, dan koordinatif
3. Kalimat yang menyatakan keterangan waktu
4. Konjungsi temporal
5.