Rabu, 29 April 2015

PARAFRASE

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, parafrase, artinya :
1. Pengungkapan kembali suatu tuturan dari suatu tingkatan atau macam bahasa menjadi macam yang     lain tanpa mengubah pengertiannya.
2. Penguraian kembali sebuah teks (karangan) dalam bentuk (susunan kata-kata) yang lain, dengan 
    maksud untuk dapat menjelaskan makna yang tersembunyi.

Parafrase mengandung arti pengungkapan kembali suatu tuturan bahasa atau karangan menjadi bentuk lain, namun tidak mengubah pengertian awal atau aslinya. Penampilan parafrase dalam bentuk lain dari bentuk aslinya. Misalnya, dari bentuk wacana asli berubah menjadi wacana yang lebih ringkas, bentuk puisi berubah menjadi prosa, dari bentuk drama diubah menjadi prosa dan sebaliknya. Parafrase cendurung diuraikan menggunakan bahasa si pembuat parafrase bukan diambil dari kalimat sumber aslinya, namun tidak boleh menyimpang dari makna atau maksud isi wacana aslinya.

CARA MEMBUAT PARAFRASE
1. Baca naskah yang akan diparafrasekan sampai selesai, untuk memperoleh gambaran umum isi
    bacaan tersebut;
2. Baca naskah sekali lagi dengan memberikan tanda pada bagian-bagian penting dan kata-kata kunci
    yang terdapat pada bacaan;
3. Catatlah kalimat inti dan kata-kata kunci secara sistematis/berurutan.
4. Kembangkan kalimat inti dan kata-kata kunci menjadi gagasan pokok yang sesuai dengan topik
    bacaan;
5. Uraikan kembali gagasan pokok menjadi paragraf yang singkat dengan bahasa/kalimat yang dibuat     sendiri.

PERHATIKAN CONTOH MEMBUAT PARAFRASE TEKS BERIKUT :

Masalah-masalah yang dihadapi di bidang pendidikan pada saat akan dimulainya pelaksanaan kurikulum sangat mendesak. Di bidan kurikulum terasa sekali kebutuhan akan pembaruan agar sistem pendidikan dapat memenuhi tuntutan pembangunan dan kemajuan teknologi. Di samping itu, terdapat ketidakseimbangan baik di antara berbagai tingkat pendidikan vertikal maupun di antara jenis pendidikan. Jumlah anak yang tidak tertampung di sekolah jauh lebih besar daripada jumlah anak yang bersekolah. Demikian pula jumlah anak yang putus sekolah (drop out) jauh lebih besar daripada mereka yang berhasil menyelesaikan suatu tahapan pendidikan.

Sementara itu, tenaga-tenaga yang bekerja di bidang pendidikan baik teknis maupun administratif sangat kurang jumlahnya. Di samping itu, mutu keahlian tenaga-tenaga tersebut perlu ditingkatkan. Prasarana pendidikan seperti gedung dan ruang belajar sangat tidak mencukupi. Buku-buku kurang memadai. Kecuali itu, sedikit sekali sekolah yang memiliki perpustakaan, alat-alat peraga ataupun laboratorium dan tempat praktik yang layak.

Akhirnya, organisasi dan pengelolaan pendidikan di pusat maupun di daerah belum mencerminkan kerja sama yang serasi. Demikian pula belum ada sistem informasi pendidikan untuk keperluan perencanaan yang terarah.

Teks di atas dapat diubah menjadi parafrase sebagai berikut :

banyak masalah berat yang dihadapat pada awal perubahan kurikulum; masalah kurikulum itu sendiri, ketidak seimbangan tingkat dan jenis pendidikan; penampungan jumlah murid dan dan masalah putus sekolah; kekurangan tenaga pendidik; mutu keahlian dan fasilitas pendidikan, serta kurangnya kerja sama dan sistem informasi yang terarah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar