Jumat, 24 April 2015

Unsur Intrinsik Prosa

Cerpen merupakan salah satu dari bagian prosa fiksi. Prasa dapat dibedakan sebagai prosa fiksi dan nonfiksi. Termasuk prosa fiksi antara lain : cerpen, novel, roman dan sejenisnya. Prosa fiksi merupakan hasil rekaan pengarang, sebagai hasil imajinasi dari setiap pengarangnya. Sedangkan prosa nonfiksi, berisi fakta atau opini logis sebagai hasil kajian atau pengamatan  terhadap suatu objek. misalnya : esai, resensi, kritik, biografi, otobiografi.
Karya prosa khususnya cerita fiksi, dibangun/diciptakan oleh dua unsur pokok, yaitu unsur yang membangun dari dalam karya itu disebut unsur instrinsik, yakni unsur yang digunakan sebagai pijakan setiap karya tersebut. Sedangkan  unsur yang membangun dari luar karya itu, disebut unsur ekstrinsik. yaitu unsur ini tampak pada isi karya itu sendiri. Setiap karya isinya mengandung latar belakang, pengalaman hidup, pendidikan dan corak serta gaya penulisnya. Bisa saja unsur ekstrinsik suatu karya prosa tersebut mengandung nilai ekonomi, budaya, moral, agama, sosial, pendidikan, politik dan sebagainya. Biasanya nilai-nilai yang terkandung dalam karya itu dipengaruhi oleh latar belakang penulisnya.
Unsur instrinsik prosa antara lain :
1. Tema; merupakan pokok persoalan/permasalahan yang diangkat sebagai bingkai cerita/kisah itu.
    Sepajang apa pun bentuk cerita/kisah yang ditulis tidak boleh menyimpang dari pokok persoalan
    yang diangkat itu.
2. Amanat/pesan/nasihat, setiap karya di dalamnya terkandung pesan yang hendak disampaikan
    kepada penikmat/pembacanya. Pesan/amanat pada umumnya merupakan nasihat yang layak
    diteladani oleh setiap pembaca, baik suriteladan dari sudut pandang sosial, moral, budaya/adat,
    kemanusiaan (humanisme), agama (religius).
3. Latar/seting, yaitu berpijaknya suatu cerita/kisah itu berlangsung. Di mana? (latar tempat), kapan?
    (latar waktu), bagaimana/kemana arah kisah (latar suasana) (latar budaya, sosial, ekonomi, politik,
    agama dan sebagainya).
4. Sudut Pandang (point of view), yakni cara penulis/pengarang menempatkan dirinya pada
    cerita/kisah yang ditulis itu. Jika penulis terlibat/menjadi tokoh dalam peristiwa yang dikisahkan
    itu, maka sudut pandang yang digunakan penulis adalah sudut pandang orang pertama (aku, kita,
    saya, Abdul/jika penulis cerita itu namanya ABDUL). Dalam hal ini, penulis dapat berperan aktif
    atau sebagai pelaku/tokoh utama, maka disebut sudut pandang orang pertama pelaku utama,  jika
    penulis dalam peristiwa yang dikisahkan itu sebagai pelaku/tokoh, namun selain mengisahkan
    dirinya, di dalam kisah itu juga berkisah tokoh lain, maka disebut sebagai sudut pandang orang
    pertama pelaku sampingan/pengamat.

    Selanjutnya, jika penulis dalam kisah itu tidak terlibat sama sekali, dan penulis hanya
    mengisahkan tokoh lain, maka sudut pandang yang digunakan adalah sudut pandang orang ketiga. 
    Dalam hal ini penulis bisa bertindak sebagai orang di luar cerita, dan bisa juga sebagai orang yang
    serba tahu. Jadi, sudut pandang orang ketiga di luar cerita maksudnya, si penulis hanya
    mengisahkan hal-hal yang dapat dilihat saja/kasat mata. Tetapi, jika si penulis berkisah sampai hal-
    hal yang ada dalam isi hati, jalan pikiran bahkan kata hati tokohnya dapat diceritakan, maka
    disebut sudut pandang orang ketiga serba tahu.

5. Alur atau Plot;
    Yaitu; jalinan peristiwa-peristiwan/kejadian yang saling berhubungan sehingga membentuk adanya      suatu kisah/cerita.
     Pengarang di dalam menghubungkan kejadian/peristiwa, berdasar atas urutan waktu, tempat,  
     suasanan atau kejadian-kejadian sederhana menjadi suatu kejadian yang lebih komplek.

MACAM-MACAM ALUR
1. Alur Maju; jika urutan peristiwan yang dibangun itu secara alami. Misalnya, kejadian dari lahir
    hingga matinya sang tokoh, dari menanam hingga memetik hasilnya, dari bangku sekolah hingga
    menjadi pejabat dan sejenisnya.
2. Alur Mundur; yakni jika susunan peristiwa dimulai dari kisah masa lalu hingga menuju awal
    terjadinya peristiwa. Misalnya kisah dimulai dari kehidupan tokoh yang sukses, kisah perjuangan
    masa di bangku pendidikan, kisah masa kecilnya dan sejenisnya.
3. Alur Bawahan; yakni jenis alur yang disisipkan di sela-sela alur utama/pokok.
4. Alur Longgar, yakni jenis alur yang jalinan peristiwanya tidak memperlihatkan hubungan yang
    pada. Jenis alur ini dihadirkan pada bagian lain dalam alur utama, disisipi alur lain, kemudian
    kembali lagi pada alur utamanya.
5. Alur Erat/rapat; yakni jenis alur yang tidak dapat disisipi oleh alur lain. Jenis alur ini menunjukkan
    adanya hubungan peristiwa yang pada.
6. Alur Klimaks, yakni jenis alur yang menghubung-hubungkan kejadian dari hal yang sederhana
    menuju hal yang paling kompleks.
7. Alur Antiklimaks, yakni kebalikan alur klimaks.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar