Makna denotatif adalah makna kata atau kelompok kata yang didasarkan atas penunjukan yang lugas pada sesuatu bahasa atau yang didasarkan atas konvensi/kesepakatan bersama dan bersifat objektif. Makna denotasi dapat pula dikatakan sebagai makna kata sesuai makna yang ada dalam kamus.
Makna konotatif adalah makna yang ditautkan dari pikiran yang menimbulkan nilai rasa pada seseorang ketika berhadapan dengan suatu kata; atau makna yang ditambahkan dari makna denotasi. Makna konotasi dapat pula diartikan makna kias atau makna sampingan.
PERHATIKAN CONTOH
1. Selama dua hari ia mengayuh bahtera di laut lepas.
Bahtera = perahu atau kapan (makna denotasi)
2. Ia memulai mengayuh bahtera kehidupan
Bahtera = kehidupan berumah tangga (makna konotasi)
3. Para petani gagal panen karena padi mereka diserang tikus
Tikus = binatang yang bersifat mengerat/menggerogoti (makna denotasi)
4. KPK berhasil menangkap tikus-tikus berdasi itu
Tikus = koruptor/seorang yang bersifat menggeregoti uang negara (makna konotasi)
PERUBAHAN MAKNA KATA
1. Perubahan makna meluas (generalisasi); yakni proses perubahan makna kata dari yang khusus ke
yang lebih umum atau dari yang lebih sempit ke lebih meluas. (ruang lingkup penyebutannya dulu
terbatas, sekarang lebih luas)
CONTOH
- Kata bapak, dulu bermakna ayah, sekarang kata bapak dapat bermakna lebih luas, yaitu setiap orang laki-laki yang kedudukan lebih tua atau terhormat disebut bapak (perluasan makna); termasuk kata Ibu, Kakak, Adik, Bibi, Kakek dan sebagainya.
- Kata berlayar, dulu bermakna mengarungi lautan menggunakan kapal layar, makna sekarang, setiap aktivitas mengarungi laut disebut berlayar (tidak harus menggunakan kapal yang berlayar). Proses perubahan makna meluas.
2. Makna kata
menyempit/spesialisasi/pengkhususan;
perubahan makna kata dari kata yang umum menjadi lebih sempit/khusus.
CONTOH :
·
Kata sarjana, (dulu setiap cendikiawan), tetapi sekarang
dikatakan ‘sarjana’ jika lulus dari suatu
perguruan tinggi.
·
Kata pendeta, (dulu setiap orang pandai/pintar), tetapi
sekarang dikatakan ‘pendeta’ jika seseorang
yang bertugas memberikan khutbah di gereja.
·
Kata sastra, (dulu setiap tulisan
disebut sastra), tetapi
sekarang dikatakan ‘sastra’
khusus tulisan karya seni bahasa.
3. Ameliorasi/ameliorative; berasal dari bahasa Latin ‘milior’
berarti ‘baik’. Ameliorasi yakni proses perubahan makna kata yang semula dianggap
kurang terhormat, dan mengesankan makna baru dianggap lebih terhormat.
CONTOH :
·
Bini (nilai rasa
rendah) è istri
(nilai rasa lebih tinggi)
·
Bunting (nilai
rasa rendah) è hamil (nilai rasa lebih
tinggi)
·
Buta huruf (nilai
rasa rendah) è tunaaksara (nilai rasa
lebih tinggi)
Kata yang berameliorasi
adalah :
istri, hamil, dan tunaaksara.
4. Peyorasi/peyoratif; berasal dari
bahasa Latin ,’pejos’ berarti
jelek/buruk. Peyorasi yaitu perubahan makna kata yang semula nilai rasanya
lebih tinggi berubah menjadi lebih jelek/rendah.
CONTOH :
·
Meninggal (nilai rasa baik) è mampus (nilai rasa lebih rendah)
·
Anda (nilai rasa tinggi/baik) è engakau (nilai
rasa lebih rendah)
·
Tunakarya (nilai rasa baik) è pengangguran (nilai rasa lebih
rendah)
Kata yang mengalami peyoratif
adalah : mampus,
engkau, dan pengangguran
5. Sinestesia, perubahan
makna terjadi karena adanya pertukaran tanggapan antara dua indera yang
berlainan.
CONTOH :
·
Kata ‘sedap’
(indera perasa) è masakan ibu ini
‘sedap’ sekali.
Kata ‘sedap’ (indera penderan) è suara ibu Kunti ‘sedap’ benar.
·
Kata ‘manis’ (indera perasa) è pisang ini rasanya sangat ‘manis’
Kata ‘manis’ (indera
penglihatan) è anak itu berparas
‘manis’
6. Asosiasi; perubahan makna
kata karena meniru atau adanya persamaan sifat.
CONTOH :
·
Kata ‘benalu’ =
tumbuhan parasit/pengganggu, diasosiasikan sebagai
SINONIM, ANTONIM, HOMONIM, HOMOFON, HOMOGRAF,
POLISEMI, DAN HIPERNIM/HIPONIM
1. Sinonim; kata-kata
yang sama atau hampir sama maknanya. Sinonim dapat saling menggantikan dalam
kalimat yang sama.
CONTOH
:
a. Tidak ada manusia
yang hidup abadi atau kekal
di dunia ini.
b. Anak-anak itu riang gembira bermain
di halaman rumah.
c. Batu ini digali pada
kaki gunung itu dengan susah payah
d. Keberhasilan
dan kesuksesan anak itu karena ketekunannya.
2. Antonim; kata-kata
yang berlawanan makna/arti.
CONTOH
:
a. Perbuatan baik dan buruk
semuanya akan menerima balasan.
b. Nilai semester ganjil dan genap
cukup memuaskan.
c. Senang atau susah akan dialami setiap kehidupan ini.
d. Terang atau gelap bukan rintangan bagi pendaki.
3. Homonim; dua kata
atau lebih yang tulisan dan pelafalan/pengucapannya sama tetapi memiliki
arti/makna yang berbeda.
CONTOH
:
a. Kata genting, bisa bermakna atap,
dan dapat bermakna gawat.
· Genting rumah itu sudah
banyak yang pecah
· Akibat kecelakaan
itu, kini keadaannya sangat genting.
b. Kata alas, dapat bermakna landasan, dan dapat
bermakna hutan
c. Kata roman, dapat berarti raut wajah, dan dapat
berarti jenis prosa
4. Homograf; dua kata
atau lebih yang tulisannya sama tetapi lafal/pengucapannya dan artinya berbeda.
CONTOH:
a. Mobil ini milik
pejabat teras. à Teras
rumah ini dirancang bernilai seni
b. Muryanto apel pacarnya membawa buah apel
c. Tanaman pinggir
lapangan ini mulai semi, ketika pertandingan
sepak bola ini pada babak semi final.
5. HOMOFON; dua kata atau lebih yang lafal/ucapannya sama tetapi tulisan dan artinya
berbeda.
CONTOH :
==> Bang Marjuki, pergi ke bank mengambil uang simpanan.
==> Sanksi (hukuman) yang diberikan itu bersifat sangsi (ragu)
==> Bunga-bunga kol di pasar ini diangkut dengan colt
6. POLISEMI; kata yang memiliki banyak makna tetapi selalu berkaitan/berhubungan
CONTOH :
==> Kepala perusahaan itu merasa kepalanya pusing-pusing.
==> Daun pintu rumah itu bergambar daun pisang
7. HIPERNIM dan HIPONIM
Hipernim adalah kata yang maknanya mencakup beberapa kata lain
CONTOH :
==> Ada berbagai macam jenis unggas, yakni itik, ayam, dan angsa.
==> Yang termasuk jenis logam mulia antara lain emas, perak, dan platina
Kata unggas dan logam mulia kedudukannya sebagai ordinat, sedangkan itik, ayam, angsa, emas, perak, dan platina contoh di atas termasuk subordinat. Jadi kata unggas dan logam mulia berhipernim dengan subordinat tersebut.
Sedangkan Hiponim adalah kebalikan dari hipernim, yaitu kata-kata yang maknanya telah tercakup pada kata lain.
CONTOH :
==> Itik, ayam, dan angsa termasuk jenis unggas
==> Melirik, mengintip, memandang tergolong jenis melihat.
5. HOMOFON; dua kata atau lebih yang lafal/ucapannya sama tetapi tulisan dan artinya
berbeda.
CONTOH :
==> Bang Marjuki, pergi ke bank mengambil uang simpanan.
==> Sanksi (hukuman) yang diberikan itu bersifat sangsi (ragu)
==> Bunga-bunga kol di pasar ini diangkut dengan colt
6. POLISEMI; kata yang memiliki banyak makna tetapi selalu berkaitan/berhubungan
CONTOH :
==> Kepala perusahaan itu merasa kepalanya pusing-pusing.
==> Daun pintu rumah itu bergambar daun pisang
7. HIPERNIM dan HIPONIM
Hipernim adalah kata yang maknanya mencakup beberapa kata lain
CONTOH :
==> Ada berbagai macam jenis unggas, yakni itik, ayam, dan angsa.
==> Yang termasuk jenis logam mulia antara lain emas, perak, dan platina
Kata unggas dan logam mulia kedudukannya sebagai ordinat, sedangkan itik, ayam, angsa, emas, perak, dan platina contoh di atas termasuk subordinat. Jadi kata unggas dan logam mulia berhipernim dengan subordinat tersebut.
Sedangkan Hiponim adalah kebalikan dari hipernim, yaitu kata-kata yang maknanya telah tercakup pada kata lain.
CONTOH :
==> Itik, ayam, dan angsa termasuk jenis unggas
==> Melirik, mengintip, memandang tergolong jenis melihat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar